6.11.2011

Kasih Sayang Anak


Seperti biasa, Sabtu sore itu Ahmad, Manager sebuah perusahaan swasta terkemuka di kawasan jalan Sudirman Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Amanda, putri pertamanya yang baru duduk di kelas 5 SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Ko belum tidur...?" Sapa Ahmad sambil mencium anaknya. Biasanya Amanda memang sudah terlelap ketika ia pulang, dan baru terjaga ketika akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti ayahnya menuju ruang keluarga, lalu Amanda berucap, "Manda tunggu ayah pulang, sebab Manda mau nanya sesuatu".

"Apa itu ?" jawab Ahmad sambil berlalu.

"Emm...berapa sih gaji Ayah..??" cetus Amanda.
"Lho tumben, kok nanya gaji Ayah ? tugas dari sekolah ya ?, makin aneh saja tugas dari gurumu". Amanda cuma menggeleng.

"Ooo.., pasti Manda lagi ingin sesuatu ya..? Mau minta apa sih nak ? sampai mau tahu gaji Ayah segala?, nanti Ayah belikan, khan semua uang yang Ayah cari buat Manda, anak kesayangan Ayah", jawab Ahmad diplomatis.

"Enggak kok, pengen tahu aja" ucap Manda singkat.

"Ok.., gaji Ayah Rp. 5.500.000,- itu untuk 22 hari kerja dan 10 jam sehari, terus kalau Ayah hari Sabtu masuk kantor dapat tambahan 300.000 rupiah," jawab Ahmad panjang lebar.

"Oo...ehm..kalau Ayah pulang malam sama saja ya Yah ?" lanjut Manda.

"Anak Ayah memang pintar !, kalau Ayah pulang malam, itu namanya kerja lembur, Ayah mendapat tambahan lagi 100.000 rupiah. Jadi Manda bisa menghitung khan.., berapa kita mendapat uang selama sebulan ?" kata Ahmad.

Amanda berlari mengambil kertas dan pensilnya di meja belajar, kemudian terlihat menghitung dan menulis sesuatu. Sementara Ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi, kegiatan rutinnya sambil menunggu kantuk.

Ahmad beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, ketika Manda berlari mengikutinya, "Berarti Ayah digaji 25.000 rupiah satu jam kalau hari Senin sampai Jum'at, dan 30.000 rupiah kalau hari Sabtu ya ? katanya.

"Wah, hebat...!!! Sudah, sekarang cuci kaki, terus tidur ya!" perintah Ahmad, tetapi Manda tidak beranjak. Sambil menyaksikan Ayahnya berganti pakaian dia kembali bertanya, "Ayah, Manda boleh meminjam uang Ayah 5.000 rupiah..?

"Sudah ah, tidak usah macam-macam lagi, buat apa minta uang malam-malam begini ?, Ayah capek, mau mandi dulu, tidur sana..!"

"Tapi Ayah..." rengek Manda bertahan
"Ayah bilang tidur!" hardik Ahmad dengan agak keras.

Manda tampak terkejut dan diapun masuk kamar sambil tertunduk.

Usai mandi, Ahmad nampak menyesali hardiknya. Ia-pun menengok Manda di kamar tidurnya. Didapatinya anak kesayangannya itu belum tidur dan sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang beberapa lembar uang 1.000-an kucel di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Ahmad berkata, "maafkan Ayah nak, Ayah sayang sekali sama Manda. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? kalau mau beli mainan besok khan bisa. Jangankan cuma 5.000 rupiah, lebih pun Ayah beri" ujar Ahmad.

"Ayah, Manda tidak minta uang, Manda hanya pinjam, nanti Manda kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama sepekan".

"Iya.., tapi buat apa ? tanya Ahmad lembut.

"Manda menunggu Ayah dari jam 8 pagi, karena Manda kan libur hari ini. Manda mau minta Ayah ajari Manda main ular tangga, teman Manda di sekolah sudah bisa semua, tiga puluh menit saja. Ibu bilang kalau waktu Ayah itu berharga, jadi Manda mau ganti waktu Ayah".

Amanda berhenti sebentar sambil membuka tangannya, dia melanjutkan "tadi Ayah bilang kalau hari Sabtu Ayah digaji Rp.30.000,- satu jam, Manda buka tabungan Manda, sisa uang jajan, hanya Rp.10.000,- padahal Manda khan perlu Rp.15.000,- untuk setengah jam, jadi kan kurang Rp.5.000,- makanya Manda pinjam dari Ayah" kata Manda.

Ahmad pun terdiam. Dia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Kalimat Manda tadi bagaikan sembilu mengiris hatinya, dia baru menyadari ternyata harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.

________

Bagaimana dengan kita ?
sudahkah kita berikan hak-hak anak kita seperti yang diajarkan Rasulullah SAW. ?
sudahkah kita menjadikannya teman bermain dan teman belajar, memberikan cinta dan sayang, dst...?

Ataukah dengan segala macam dalih kita dengan leluasa menghabiskan waktu di luar, dengan alasan bisnis, urusan umat, atau bahkan sekedar refreshing, bertemu dengan teman-teman lama, sementara anak kita yang selama satu pekan penuh bersama orang lain, menunggu sentuhan tangan dan hati kita.

Mereka ingin berbagi cerita keberhasilan mereka dan mengadu kesulitan mereka, dengan penuh harap agar kita bisa apresiasi apapun keadaan mereka. Bahkan mungkin menjadi solusi bagi masalah mereka, sekecil apapun itu.

Ingat.., mereka butuh orang tua, bukan harta.
mereka butuh orang tua, bukan toko mainan.
mereka butuh orang tua, bukan lembaga-lembaga kursus ataupun guru-guru les/privat
mereka butuh orang tua, bukan pembantu ataupun penjaga anak
mereka butuh orang tua, bukan tempat penitipan anak

SUMBER
Rahmat El-Madany

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More