10.05.2010

Dua Jam Sebelum SBY Tunda Kunjungan ke Belanda



Jakarta - Suasana persiapan keberangkatan Presiden SBY ke Belanda berbeda dengan kunjungan ke luar negeri yang sebelumnya. Biasanya terasa santai, tapi kini terasa tegang.

Ketegangan mulai dirasakan saat jam menunjukkan tepat pukul 14.00 WIB, Selasa (5/10/2010). Itu sudah lewat 30 menit dari jadwal bagi pesawat kepresidenan tinggal landas dari Bandara Halim Perdanakusumah menuju Den Haag, Belanda.

Saat masih berada dalam ruang tunggu VVIP, Presiden SBY dikelilingi Wapres Boediono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mesesneg Sudi Silalahi, Jubir Julian Aldrin Pasha dan Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah. SBY serius berbicara di telepon genggam.

"Pak Menlu sedang melaporkan perkembangan di Belanda. Juga laporan dari KBRI," kata seorang dari mereka.

Tak berapa lama, terdengar kabar mengejutkan dari radio komunikasi yang disandang seorang petugas protokoler, "Keberangkatan batal". Langsung saja kabar yang belum pasti itu beredar di wartawan.

Mengejutkan. Sebab Presiden SBY dan Ny Ani Yudhoyono sebenarnya pada saat itu tinggal menaiki tangga pesawat. Bahkan seluruh anggota rombongan kenegaraan berikut barang bawaan masing-masing sudah berada dalam perut pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia.

Kepastian mengenai penundaan keberangkatan ke Belanda mulai mendapatkan konfirmasi ketika rangkaian mobil kepresidenan bergerak dari tempat parkirnya. Mereka lantas mengambil posisi tepat di muka VVIP Room Bandara Halim Perdanakusumah dalam formasi bersiap membawa Presiden RI.

Anggota Paspampres yang bertugas sebagai sopir mobil sedan berwarna hitam itu buru-buru mengganti pelat nopol kenegaraan warna merah dengan hitam. Pelat yang merah bertulis Presiden RI, sedangkan yang hitam bertulis RI 1.

Kemudian sopir bersafari warna putih itu kembali membuka bagasi. Sebuah tas warna hitam berukuran besar dimasukkan ke dalam bagasi oleh anggota lain Paspampres yang sebelumnya terlihat berlari menuruni tangga pesawat.

Selembar tas warna putih dengan garis kuning tebal di sekelilingnya diikat pada handle tas berbahan kulit itu. Di bagian tengah nampak tulisan tangan dengan spidol biru: 'Presiden RI'.

"Presiden lagi ngapain di situ? Kok belum naik pesawat. Di sini orang-orang (anggota Paspampres dan protokoler) mendadak wira-wiri nih", tanya seorang wartawati anggota rombongan kenegaraan melalui telepon.

"Positif nggak jadi berangkat ente. Ada apa ya?", jawab saya sambil balik bertanya.  

Pertanyaan kami terjawab kurang lebih 10 menit kemudian. Presiden SBY yang semula akan memberi keterangan pers mengenai agenda kunjungan kenegaraannya selama 3 hari di Belanda, malah memberi pengumuman penundaannya.

"Di jam-jam terakhir sebelum saya bertolak, terjadi perkembangan situasi di Belanda yang mengharuskan saya ambil sikap dan keputusan demi kepentingan kita," kata SBY.

Apakah presiden marah terhadap pemerintah Belanda atas putusan pengadilan di Den Haag yang menerima permohonan RMS untuk menggelar sidang pelanggaran HAM dengan tuntutan menangkap Presiden RI saat berada di sana?

"Oh tidak. Kami paham bahwa ini di luar intervensi pemerintah, kan pengadilan independen sifatnya. Tapi karena masalah ini bergulir di pengadilan, tentu kita melihatnya lebih dalam. Sidangnya dimulai beberapa jam lagi. Tapi jangan banyangkan polisi Belanda akan menangkap Presiden SBY, tidak akan terjadi begitu sebab kan ada jaminan imunitas dari pemerintah sana," jawab Jubir Presiden Julian Aldrin Pasha.

"Ini semua masalah harga diri bangsa, ketika Presiden berada di sana pada saat sama berlangsung sidang pengadilan menangkapnya sebagai pelanggar HAM. Andai sidang itu baru pekan depan, tidak masalah," imbuh Julian.

Sumber : Detik.com

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More